Jumat, 23 September 2011

REFLEKSI: Kerjasama Saling Menasehati

Saya tulis status di situs jejaring sosial saya, “Hayoo, jaga PANDANGAN, jaga PENDENGARAN, jaga UCAPAN! Sama-sama saling mengingatkan ya^^”
Tidak lama kemudian 3 orang me-like status saya. Jahil saya tulis di wall orang yang pertama kali me-like. “Hayoo jaga JEMPOL, jangan sembarang me-like loh. Udah bersih belum jempolnya he-he-he.”
Kemudian si mahasiswi yang namanya pernah mejeng di annida-online membalas, “Sama-sama saling mengingatkan...”
Apa dikata kejahilan saya dibalas dengan kalimat status saya: Sama-sama saling mengingatkan.
Saya merasa tersinggung? Tidak, malah senang. Justru in put itu yang saya inginkan. Terkadang kita memang begitu hebat dalam merangkai kata motivasi, sehingga orang terperangah. Terkadang kita begitu hebat merangkai kata-kata inspirasi, tapi pada realita kita lupa dan sungguhlah potensi kita jauh dari kalimat yang kita rangkai. Sikap saya, sikap Anda, sikap kita semua adalah keluhuran budi lingkungan kita. Cerminan dari apa yang orang lihat. Mulut dan sikap haruslah sejalan.
Saling menasehati. Bertegur sapa. Tentunya enak bukan, bila ada yang mengingatkan. Toh tidak ada yang sempurna pada diri manusia. Kita membutuhkan adalah jiwa-jiwa paripurna. Tidak ada yang pantas mengenakan selendang Tuhan (baca: sombong), karena merasa perfect. Saya, Anda, kita semua perlu diingatkan dan nasehat agar menjadi pribadi yang ideal. Dan pribadi ideal dibentuk oleh lingkungan yang ideal.
Seperti kata teori Psikologi Sosio Learning (belajar melihat lingkungan), saya kutip dari status teman saya, “Seseorang anak sebenarnya belajar meniru lingkungan. Bila kekerasan, kebencian, pesimistis yang ia lihat dalam lingkungan, maka pribadinya tidak jauh dari kebrutalan. Namun, jika ia belajar dari lingkungan yang baik dan penuh kasih sayang, maka akan memperoleh kepribadian yang penuh kesalihan.”
            Membentuk diri dimulai dari lingkungan. Bukankah sebaik-baik lingkungan adalah lingkungan keluarga.  Jadi, marilah kita bentuk lingkungan, atmosfer Smart Miracle Solution menjadi lingkungan keluarga ke-dua kita. Apakah saya, Anda, kita merasakannya? Jika belum buatlah sesederhana mungkin untuk merasakannya. 
Sederhana!
Kita bisa memulai dari hal-hal yang kecil, bertegur sapa, tanyakan kabar rekan-rekan kerja, tebar senyum dan salam. Intinya saling berkomunikasi sesederhana seperti kita ngobrol bercengkerama dengan saudara (tentunya Anda paham). Lupakan masalah di masa lalu, lupakan singgungan-seinggungan ataupun guyonan menyinggung yang hingga saat ini masih tersimpan. Hei, berhentilah membawa-bawa prasangka buruk pada diri sodara kita. Rangkul ia jikalau sedang sedih, sedang sakit, ataupun terkena musibah. Sejukkan hatinya dengan perkataan yang lemah lembut. Alangkah sedapnya hidup ini!
            Langkah berikutnya, tidak lupa untuk mengkonsistenkan kembali komitmen kita. Irvan Rachmawan dalam blog-nya mengatakan, “Konsisten itu penting untuk membangun brand, kredibilitas, reputasi, dan tentu yang paling penting adalah kepercayaan. Konsistenlah yang membuat konsultan dibayar mahal, dan kontraktor didatangi proyek.”
Lalu bagaimana dengan kita? Seberapa besar konsistensi kita dalam kerja-kerja nyata di SMS, 100% kah? Bagaimana dengan komitmen? Masih angin-anginan, atau malah dipertanyakan juntrungannya. Mari kita simak kalimat penutup Irvan di blog-nya, “Seberapa konsisten Anda dengan impian Anda atau pilihan karier yang Anda tetapkan? Seberapa konsisten Anda dengan passion Anda? Karena untuk konsisten bukan perkara mudah. Dan sekali lagi, merekalah yang bertahan, merekalah yang memetik hasil gemilang.”
Bagaimana? Tak usahlah repot-repot Anda memikirkan yang tidak bisa bertahan lama. Jika sudah diingatkan tapi belum ada perubahan. Berdayakan yang sudah ada. Maksimalkan!
“Tapi individu itu jaringannya canggih dan ketokohannya sungguh lah mumpuni? Sangatlah sayang bila bakat serta kemampuannya tidak dimanfaatkannya,” tanya seorang sahabat saya.
            Lalu? Kontribusi apa yang sudah ia tuai? Untuk apa mempertahankan yang tidak konsisten komitmen 100%? Saya lebih percaya dan menghargai pada kerja-kerja nyata sebagai bagian dari tim. Yah, tim yang hebat atau mengambil istilah dari persentasi Eko Sumartono kemarin (21/9/11): Super Tim.
So, Superman? Ah, go to hell! (Maaf, saya kutip dari tulisan Ippho di salah satu bukunya).
            Saya jadi teringat kata-kata Mario Teguh di akun twetter-nya, “Seseorang yang mempunyai  niat dan mau berusaha, pasti ada kemudahan jika ada kesuliatan yang menghadang.”
            Bisa jadi benar istilah dari Eko Sumartono, kita tidak butuh superman yang belum berkomitmen, atau hanya sekedar gaya-gayaan. Kita butuh tim solid. Orang-orang yang bekerja sama sebagai bagian dari tim. Walaupun nampak biasa-biasa saja, tapi nyatanya kalau mau berusaha bersama pastilah solid. Sedap! Seperti kartu (ah, lagi-lagi saya harus meminjam analogi  bung Eko) sebagus apa pun kartu, kalau cuma satu, mudah saja macam kau robek. Kalau ada 14 (tolong koreksi kalau saya salah jumlah) kartu macam kau kuat tentu saja bisa merobeknya, tapi tentunya membutuhkan energi ekstra. Silahkan dicoba!
            Terakhir yang perlu diingatkan adalah tentang hubungan vertikal. Sudahkah kita menjalankan sesuai tuntunan disertai hati yang ikhlas? Trainer muda sekaligus General Manager SMS, Muvtizar Sholichin dan saya pernah diingatkan oleh Kang Yadi, guru tahsin. Dia menjabarkan tentang surat Al- Fatir ayat 29 yang artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan melaksanakan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.”
            Saya yakin Anda paham maksud di atas dan juga pernah kita bahas bersama-sama. Setelah ikhtiar dan doa serahkan semua pada Alloh SWT, yakinlah rencana-Nya pastilah yang terbaik. Sedap apa sedap. Mari kerjakan!
            Omong-omong, Anda sudah lihat photo profict saya? Alamak, Anda menggoda saya karena iri ya! Ayolah mengaku saja. Bukan saya bermaksud sombong, hanya memancing kecemburuan saja. Agar kerja-kerja nyata kita bisa terbukti bahwa Anda, saya, kita semua bisa! Bisa foto-foto seperti saya, he-he-he... Maksud saya kita bisa bersama-sama berkunjung ke sudut-sudut nusantara, dalam rangka menebar benih-benih kebermanfaatan. Mari lebarkan sayap jaringan, mari tebar proposal, mari jebolkan proyek besar. Bisa? In syaalloh. Terakhir jangan lupa tawakal.
            Oya jikalau Anda yang sedang sakit, merasa letih lelah, atau yang sedang terkena musibah butuh sesuatu yang menginspirasi, ingatlah senandung ini:
            walau badai menghadang
ingatlah kuakan selalu setia menjagamu
bersama kita lewati jalan yang berliku...
tajam!
***
Bandung, 23/09/11

Selasa, 13 September 2011

SERIAL GAGAK

GAGAK

lenguh kematian mengetuk pintu rumahku
membawa kain kafan untuk ibu
ia tersenyum mengejek padaku
jahil berkicau memicing ajal
kukunci pintu rumah agar ibuku tetap tinggal
ia menertawai leluconku, lantas balas mencakarku brutal
menyeret ibu ke tempat muasal

ingin paruhnya kusumpal, tapi ia mematukku hingga rubuh
ingin sayapnya kuterjang, sayang ia telah bawa ibuku terbang jauh
keningku peluh, wajahku rapuh
ia benar-benar bawa ibuku te tempat ruh-ruh akan tumbuh

GAGAK  2

kan kubalas tangisku semasa bocah

berani betul ia bertekukur
katanya tiba waktuku, untuk masuk lubang kubur
ia salah menganggapku anak kemarin sore, kini aku telah berumur
yang kuat pancung ia hingga hancur
bersama kesendirianku dan kesendirian lainnya melebur
kuharap ibu bahagia, melihatnya kaku terbujur

H. Kurdi, 11-9-2011