Pastinya
Anda punya dong, orang paling tidak disukai.
Entah itu orang yang suka
merendahkan Anda, nyebelin, ngegemesin, suka jahil, sering menghina dan
lain-lain. Hei, apakah Anda mengoleksi beberapa orang nyebelin dalam daftar
yang tertulis di hati. Ia membuat Anda cemberut setiap kali namanya disebut.
Hayooo mengaku sajalah, seberapa banyak sih daftar benci mengisi hati Anda?
Hi-hi-hi. Yah mudah-mudahan nama saya tidak tercatat di dalam koleksian
tersebut. Amin. ^__^
Ngomong-ngomong pernahkah kita sadar
bahwa tubuh ini sering mengkomunikasikan sesuatu pada kita. Hati kita
mengirimkan pesan untuk kita dalam rupa sakit, tapi lucunya kita langsung obati
rasa itu dengan berbagai obat. Padahal belum siap dan masih memunculkan sakit.
Bisa dari rasa marah yang belum terselesaikan, rasa benci yang disimpan di
pencernaan. Karena kita tidak atau belum pernah belajar bagaimana cara hati
berkomunikasi dengan kita. Yaaah jadinya semakin bingunglah kita saat mengalami
sebuah rasa yang nggak nyaman dalam diri kita ini.
Bila kita sepakat dan meyakini bahwa
rasa sakit adalah pesan dari alam bawah sadar kita, maka lebih baik kita
introspeksi diri, apa maksud alam bawah sadar kita dengan adanya sakit ini.
Maka yang terpenting, cobalah ambil
keputusan untuk melangkah. Barangkali kita lupa untuk memaafkan. Katakan maaf
pada bagian tubuh yang dirasa sakit itu. Sampaikan dengan sungguh-sungguh
dengan lisan maupun dalam hati. Katakanlah maaf karena selama ini menyimpan
benda buruk di tempat suci bernama hati. Katakanlah, “Maafkan saya karena
mengabaikan hati. Maaf karena selama ini tidak memahami betul maksud pesan
rintih hati.”
Kemudian maafkanlah orang-orang yang
sempat mengisi daftar benci di hati kita. Seperti halnya hati ini memaafkan
kita karena telah menyimpan benda tidak baik di dalamnya. Walau berat untuk memaafkan, tapi hal itu bisa
melegakan perasaan dan bikin plooong... seberat apa pun itu lepaskanlah semua
benci ke udara, melupakan kesalahannya bersamaan helaan nafas.
“Tapi kan tidak semudah itu
memaafkan kesalahannya, Mas? Masih terasa sakiiiit banget kalau inget
perlakuannya pada saya.”
Yah saya pun sependapat, tidak mudah
memang memaafkan kesalahannya, bila hati ini belumlah lapang dan terbuka. Bukankah
pada akhirnya lebih indah jika memaafkan tanpa syarat. Yuk ahh, lapangkan hati
selapang laaapangnya. He-he-he.
“Lantas bagaimana caranya Mas, agar
hati ini bisa lapang selapang laaapangnya?”
Nah supaya bisa lapang selapang
laaapangnya, bertanggung jawablah pada rasa sakit itu. Mungkin ada keputusan
keliru di masa lalu, atau sebuah marah yang belum terselesaikan. Atau sebuah
kekecewaan yang masih tersimpan. Bertanggung jawablah dari rasa sakit itu.
Bahwa kita pernah salah dan keliru.
Sederhananya begini, keberadaan kita
sebagai manusia yang pernah berlaku tidak menyenangkan dan pernah membenci
menggambarkan bahwa kita benar-benar manusia. Tempatnya salah dan lupa, makhluk
ciptaan-Nya yang sempurna. Bukankah kondisi tidak baik tersebut (dalam keadaan
marah dan benci) merupakan sebuah latihan mematangkan
jiwa dan melatih kesabaran. Jika manusia dalam kondisi apa pun adalah ciptaan
hebat dari Sang Maha Pencipta, Allah SWT, mengapa masih menganggap dirinya
tidak bisa memaafkan? Maafkanlah mereka yang pernah meleceh keadaan buruk.
Karena hidup harus dijalani dengan tangan merangkul, bukan menuding. Dan kalau
sudah menerima, semuanya akan jauh lebih lapang selapang laaapangnya. He-he-he.
Nah
setelah kita memaafkan diri sendiri, bertanggung jawab pada kekesalan yang
sudah-sudah, terakhir taburlah hati dengan bubuk-bubuk cinta. (Suit-suit
he-he-he)
Boleh saja ia membuat Anda kesal dan kecewa dibuatnya.
Silahkan saja ia merendahkan anda hingga membuat dongkol karena perlakuannya.
Tapi Anda berhak dong, untuk bersikap baik dan santun dihadapannya. Anda berhak
menjaga integritas dan menjaga silaturahim Anda, serta memaafkannya.
Semata-mata itu dilakukan demi cinta, seperti halnya kita mencintai Allah
dengan segala karunia-Nya.
Yap,
taburlah cinta karena-Nya. Karena bisa jadi disuatu pagi Anda bisa plooong
berjumpa dengan orang yang pernah Anda benci. Atau jangan-jangan malah seperti
anak tetangga saya. Dulunya senang berkelahi, eeh setelah tumbuh gede mereka
sudah jadi suami istri hi-hi-hi. Dan sudah dikaruniai seorang anak pula. Nah
itu dia salah satu contoh kemurahan cinta-Nya.
So,
hela nafas sejenak, enjoy your time. Lepaskan ego-ego masa lalu, just relax…
And say:
di
depanmu aku tidak bisa marah
mungkin
benar saat serpihan senyummu tumpah ruah
mengisi
dahaga hariku jadi tawa
kesalku
pun terlantar, dan benci nyaris punah
dalam
hati ego bertekuk pasrah
apakah
ini yang disebut cinta?
He-he-he.
Ngomong-ngomong keren juga ya ending-nya dengan puisi. Jadi gimana gitu
he-he-he. Duh, lugunya saya ini. Yogi… yogi… ada-ada saja :p Maaf lahir batin
yaa ^___^
***
Bekasi, 25-7-2012



