Rabu, 25 Juli 2012

REFLEKSI: Dari Benci Turun ke Hati


Pastinya Anda punya dong, orang paling tidak disukai.
            Entah itu orang yang suka merendahkan Anda, nyebelin, ngegemesin, suka jahil, sering menghina dan lain-lain. Hei, apakah Anda mengoleksi beberapa orang nyebelin dalam daftar yang tertulis di hati. Ia membuat Anda cemberut setiap kali namanya disebut. Hayooo mengaku sajalah, seberapa banyak sih daftar benci mengisi hati Anda? Hi-hi-hi. Yah mudah-mudahan nama saya tidak tercatat di dalam koleksian tersebut. Amin. ^__^
            Ngomong-ngomong pernahkah kita sadar bahwa tubuh ini sering mengkomunikasikan sesuatu pada kita. Hati kita mengirimkan pesan untuk kita dalam rupa sakit, tapi lucunya kita langsung obati rasa itu dengan berbagai obat. Padahal belum siap dan masih memunculkan sakit. Bisa dari rasa marah yang belum terselesaikan, rasa benci yang disimpan di pencernaan. Karena kita tidak atau belum pernah belajar bagaimana cara hati berkomunikasi dengan kita. Yaaah jadinya semakin bingunglah kita saat mengalami sebuah rasa yang nggak nyaman dalam diri kita ini.
            Bila kita sepakat dan meyakini bahwa rasa sakit adalah pesan dari alam bawah sadar kita, maka lebih baik kita introspeksi diri, apa maksud alam bawah sadar kita dengan adanya sakit ini.
            Maka yang terpenting, cobalah ambil keputusan untuk melangkah. Barangkali kita lupa untuk memaafkan. Katakan maaf pada bagian tubuh yang dirasa sakit itu. Sampaikan dengan sungguh-sungguh dengan lisan maupun dalam hati. Katakanlah maaf karena selama ini menyimpan benda buruk di tempat suci bernama hati. Katakanlah, “Maafkan saya karena mengabaikan hati. Maaf karena selama ini tidak memahami betul maksud pesan rintih hati.”
            Kemudian maafkanlah orang-orang yang sempat mengisi daftar benci di hati kita. Seperti halnya hati ini memaafkan kita karena telah menyimpan benda tidak baik di dalamnya.  Walau berat untuk memaafkan, tapi hal itu bisa melegakan perasaan dan bikin plooong... seberat apa pun itu lepaskanlah semua benci ke udara, melupakan kesalahannya bersamaan helaan nafas.
            “Tapi kan tidak semudah itu memaafkan kesalahannya, Mas? Masih terasa sakiiiit banget kalau inget perlakuannya pada saya.”
            Yah saya pun sependapat, tidak mudah memang memaafkan kesalahannya, bila hati ini belumlah lapang dan terbuka. Bukankah pada akhirnya lebih indah jika memaafkan tanpa syarat. Yuk ahh, lapangkan hati selapang laaapangnya. He-he-he.
            “Lantas bagaimana caranya Mas, agar hati ini bisa lapang selapang laaapangnya?”
            Nah supaya bisa lapang selapang laaapangnya, bertanggung jawablah pada rasa sakit itu. Mungkin ada keputusan keliru di masa lalu, atau sebuah marah yang belum terselesaikan. Atau sebuah kekecewaan yang masih tersimpan. Bertanggung jawablah dari rasa sakit itu. Bahwa kita pernah salah dan keliru.
            Sederhananya begini, keberadaan kita sebagai manusia yang pernah berlaku tidak menyenangkan dan pernah membenci menggambarkan bahwa kita benar-benar manusia. Tempatnya salah dan lupa, makhluk ciptaan-Nya yang sempurna. Bukankah kondisi tidak baik tersebut (dalam keadaan marah dan benci) merupakan sebuah latihan  mematangkan jiwa dan melatih kesabaran. Jika manusia dalam kondisi apa pun adalah ciptaan hebat dari Sang Maha Pencipta, Allah SWT, mengapa masih menganggap dirinya tidak bisa memaafkan? Maafkanlah mereka yang pernah meleceh keadaan buruk. Karena hidup harus dijalani dengan tangan merangkul, bukan menuding. Dan kalau sudah menerima, semuanya akan jauh lebih lapang selapang laaapangnya. He-he-he.
            Nah setelah kita memaafkan diri sendiri, bertanggung jawab pada kekesalan yang sudah-sudah, terakhir taburlah hati dengan bubuk-bubuk cinta. (Suit-suit he-he-he)   
            Boleh saja ia membuat Anda kesal dan kecewa dibuatnya. Silahkan saja ia merendahkan anda hingga membuat dongkol karena perlakuannya. Tapi Anda berhak dong, untuk bersikap baik dan santun dihadapannya. Anda berhak menjaga integritas dan menjaga silaturahim Anda, serta memaafkannya. Semata-mata itu dilakukan demi cinta, seperti halnya kita mencintai Allah dengan segala karunia-Nya.
            Yap, taburlah cinta karena-Nya. Karena bisa jadi disuatu pagi Anda bisa plooong berjumpa dengan orang yang pernah Anda benci. Atau jangan-jangan malah seperti anak tetangga saya. Dulunya senang berkelahi, eeh setelah tumbuh gede mereka sudah jadi suami istri hi-hi-hi. Dan sudah dikaruniai seorang anak pula. Nah itu dia salah satu contoh kemurahan cinta-Nya.
            So, hela nafas sejenak, enjoy your time. Lepaskan ego-ego masa lalu, just relax… And say:
di depanmu aku tidak bisa marah
mungkin benar saat serpihan senyummu tumpah ruah
mengisi dahaga hariku jadi tawa
kesalku pun terlantar, dan benci nyaris punah
dalam hati ego bertekuk pasrah
apakah ini yang disebut cinta?
            He-he-he. Ngomong-ngomong keren juga ya ending-nya dengan puisi. Jadi gimana gitu he-he-he. Duh, lugunya saya ini. Yogi… yogi… ada-ada saja :p Maaf lahir batin yaa ^___^
***
Bekasi, 25-7-2012

Kamis, 26 April 2012

MENDADAK BANGKRUT


Tiga orang kakek tengah menceritakan prestasi anaknya. Kakek pertama bercerita, “Dulu anakku paling tidak pintar di sekolah. Raportnya banyak nilai merah. Tapi sekarang setelah dewasa ia menjadi kapolda.”
            
Kakek kedua tidak mau kalah, “Dulu anakku paling lemah fisiknya. Sering sakit-sakitan. Tapi sekarang setelah dewasa ia menjadi kapolri.”
            
Kakek ketiga pun juga tidak mau kalah. Sembari menyungging senyum, menyepelekan prestasi dari kedua anak kakek tadi, ia bercerita. “Anakku dulu memang bandel. Suka mencuri mangga, menjahili anak perempuan, dan berkelahi. Tapi sekarang sudah 15 tahun menjadi buron, tidak ada satu pun polisi yang mampu menangkapnya.”
            
He-he-he… sudah dulu aah ketawanya. Yah, gara-gara cerita di atas saya harus berkaca lagi nih sama cita-cita saya.

Setidaknya sudah dua kali saya merevisi peta hidup. Pertama, pada pertengahan 2008, saat saya masih imut-imutnya mejadi mahasiswa he-he-he. Kedua, awal 2010 setelah saya dipaksa-paksa oleh Ari Hadipurnama (teman terganteng saya) ikutan motivation discussion di pondok keajaiban. Banyak juga yang saya revisi, mengingat ada beberapa yang tidak relevan dengan kondisi saya kala itu.
  
Alhamdulillah, dari sekian rancangan mimpi ada beberapa yang terwujud. Seperti memiliki motor sendiri (pssst, padahal dibeliin sama ortu loh) tulisan dimuat di media massa, dan hafal beberapa surat.  Tapi ada satu rancangan mimpi yang membuat kedua alis saya beradu, dan sudah dua kali saya revisi, sampai saat ini belum juga saya gerakkan. Apalagi deadline-nya tahun ini, yaitu punya rumah, menikah, dan punya kendaraan roda empat.
            
Namun, tiba-tiba ada sebuah pertanyaan yang entah dari mana membuat saya pusing tujuh keliling, “Setelah itu semuanya Anda miliki, lantas selanjutnya Anda mau apa?”

Apakah ketika Anda membeli mobil mewah yang, memang diduduki segelintir orang, tapi nyatanya pengguna mobil termewah itu, dengan santainya membuang sampah ke jalan dari balik jendela.   Apakah ketika Anda bisa memesan makanan termahal dari koki-koki hebat, namun tidak semua makanan itu Anda habiskan. Jangan-jangan Anda hanya pamer bisa membuang makanan mahal tanpa perlu merasa iba. Atau apakah Anda bisa berjelajah ke penjuru kota, ke berbagai negara. “Jepret” di tempat yang memang Anda sukai. Kemudian Anda upload untuk jadi foto profile dan di-share ke beberapa teman, biar mereka tahu bahwa orang sukses itu bisa ke kota ini dan kota itu.”
            
Mendadak saya tersentak, meraih mimpi bukan hanya membutuhkan periapan jasmani semata, membutuhkan persiapan rohani juga perlu dipikirkan. Jika tidak, bisa membuat bangkrut. Yah, bisa-bisa kita malah disebut-sebut memiliki mental miskin. Bukankah jiwa yang sehat itu diperlukan untuk mengontrol yang raga. Karena kalau tidak, raga akan melakukan aktivitas yang benar-benar tidak terarah, akibatnya bisa membuat kita mendadak bangkrut. Dan jiwa yang bangkrut adalah hal lumrah, kemudian menjadi sebuah kebiasaan. Hei jangan-jangan kebiasaan ini menjadi budaya yang mengakar di masyarakat. (Hmm, layak dijadikan bahan penelitian nih he-he-he…)
            
Tapi yang membuat saya sedih justru orang lain malah bisanya menertawakan, mencibir kekonyolan itu, bahkan segelintir menjadikannya sebagai bahan obrolan.
            
Yah, meraih mimpi itu seperti masuk ke medan perang melawan musuh bernama diri sendiri. Maka persiapan mental itu sangat diperlukan. Supaya kita tidak tertipu menjadi sukses dengan menjadi orang kaya, punya rumah gede, punya mobil mewah, punya handphone merek ternama, sepatu kulit yang membuat sesiapa mata memandang akan terkesiap dan lain sebagainya.
            
Menjadi sukses bukan waktunya melampiaskan dendam masa lalu karena tidak memiliki apa-apa. Balas dendam karena pernah dipandang sebelah mata oleh yang lebih dulu hebat atau yang nasibnya dari dulu memang kaya raya. Persiapan mental itu diperlukan saat mengubah cara hidup, dari yang lama menjadi manusia kaya, dan menghadapi resiko setelah perubahan itu.
            
So, kaya dan sukses bukanlah soal situasi keuangannya, tetapi nilai yang ada dalam kondisi itu. Bukankah sebuah peribahasa mengajarkan, “Padi akan merunduk dan semakin merunduk kalau makin berisi?” Jadi sekaya atau sesukses apapun kita harusnya makin merunduk. Bukan tegak sombong dan angkuh. Karena hidup itu baru bermakna kalau kekayaan itu bisa membuat yang kaya serta orang lain yang melihatnya senang dengan prestasi Anda, juga termotivasi untuk bisa kaya.
            
Persiapan jiwa juga berguna untuk lebih bersyukur. Coba deh kita merenung sejenak, dari mana capaian prestasi Anda itu datang? Keberlimpahan hidup Anda itu karena kerja keras dan memang otak Anda encer, atau karena ada elemen lain yang ikut berperan di dalamnya?
         
Kalau tiba-tiba Anda bisa berubah sukses dan kaya, Anda juga bisa dong berubah mendadak bangkrut. Bukan saya mendoakan, yah setidaknya Anda sudah mempersiapkannya jauh-jauh hari. 
***
Jatinangor, 27/4/2012

Minggu, 08 April 2012

Refleksi: JADILAH PEMAIN, JANGAN MELULU JADI PENONTON

Jakarta. Satu kota tapi memiliki banyak masalah. Kemacetan misalnya, yang selalu saja menghantui para pengguna jalan raya. Terutama di jam-jam sibuk, dimana warga Jakarta dan sekitarnya seperti Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi berduyun-duyun memacetkan jalan. Banyak sekali kerugian yang ditimbulkan dari kemacetan, seperti banyak waktu terbuang di jalan, produktivitas kerja menurun, penggunaan bahan bakar tidak efisien, serta kerugian kesehatan.
            Selain menyoal kemacetan, Jakarta juga memiliki masalah tata ruang kota. Dimana banyak proyek pembangunan yang tak kunjung selesai, seolah-olah dibuat asal-asalan. Beberapa ruas jalan dan jembatan bahkan tak terurus. Banyak lubang di sana sini. Kemudian banjir yang tak kunjung teratasi kala hujan turun deras. Baik itu akibat luapan air kali, minimnya daerah resapan dan drainase yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
            Kemiskinan juga semakin akut saja. Dimana angka penderita gizi buruk masih cukup tinggi. Belum lagi berbicara kriminalitas, ledakan populasi penduduk, pengelolaan sampah, penyimpangan perilaku remaja dan masih banyak lagi.
            Well, jika Anda dipercaya memimpin Jakarta, kira-kira langkah apa nih yang hendak Anda lakukan?
            Mendekati Pilkada beberapa teman saya di Jakarta pesimis dengan kandidat yang ada. Percuma saja memilih, toh mereka sama saja dengan pemimpin sebelumnya. Hanya pintar mengumbar janji. Katanya ahli mengantisipasi banjir, bilang ahlinya mengatasi kemacetan. Nyatanya? Bus transjakarta belum efektif mengurangi kemacetan. Pembangunan banjir kanal pun tak kunjung selesai.
            Beberapa teman saya yang lain mencibir dan menghinanya, dengan karikatur atau foto-foto nyeleneh (seperti presiden kala isu BBM naik) di publish di situs jejaring sosial. Kemudian pengguna jejaring sosial lain ikut-ikutan komen, ikut-ikutan mencibir, bahkan ada cibiran yang tidak pantas di alamatkan, seolah-olah mereka merasa paling benar.
            Belakangan saya bergumam sendiri menanggapi perilaku teman-teman saya itu, “Begitukah caranya mengingatkan pemimpin kita?”
            Memang saya sadari bahwa dalam membangun kota kelahiran saya ini, pemerintah lamban dalam proses berbenah. Namun, sebagai warga setidaknya kita ikut berpartisipasi membangun, bukan ikut-ikutan berpartisipasi mengejek, mencibir, menghujat secara berlebihan.
            Saya jadi teringat pesan guru ngaji saya, “Jadilah pemain, jangan melulu jadi penonton yang pintar berbunyi tapi kosong isinya...”
            Hmmm... kalimat yang bisa kita renungi bersama.
            Ohya, ngomong-ngomong tentang kepemimpin Jakarta, saya jadi teringat akan kisah seorang Khalifah Daulah Abbasiyah, yang pernah ditulis Mas Salim A. Fillah (tentunya Anda sudah mengenalnya bukan J).
            Begini ceritanya. Suatu ketika saat sedang bertemu publik di masjid, sang khalifah dikritik keras dengan teguran membabi buta oleh seorang ulama. Dengan tersenyum dia berkata, “Coba katakan padaku Syaikh, mana yang lebih buruk antara aku dengan Fir’aun yang ditenggelamkan Allah?”
            “Tentu saja Fir’aun masih lebih buruk!”
            “Dan mana yang lebih baik antara engkau dengan Musa ‘Alaihis Salaam?”
            “Apa?! Astaghfirullah. Tentu saja Musa lebih baik.”
            “Jika engkau tak lebih baik darinya, mengapa engkau perlakukan aku begitu buruk dari Fir’aun. Bahkan Musa as saja diperintahkan lemah lembut terhadap Fir’aun?”
            Yuk, kita renubgi ayat berikut.
            “Maka bicaralah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dengan kata-kata yang lemah lembut (qaulan layyinan), mudah-mudahan dia sadar dan takut.” (QS. Thaha:44)
***
            Namanya Pak Zaelani. Saya baru berjumpanya sekali di rumah teman saya, Doddy, di Century 2 Pekayon. Malam itu beliau datang menggantikan guru ngaji saya yang mendadak meninggalkan kami ke Singapura. Malam itu juga saya mengenal sosok pribadi yang santun bertutur kata, luwes bertinteraksi, tegas, dan jujur dalam mengambil sikap.
            Pak Zaelani bekerja sebagai seorang akuntan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Yang saya dengar dari beberapa kerabatnya, beliau pribadi yang juju dalam mengaudit anggaran RSCM. Tidak sedikit kontraktor pengadaan perlengkapan RSCM yang ditolak amplopnya (maksudnya suap gituh ^^). Kecuali jika RSCM betul-betul membutuhkannya.
            Pak Zaelani adalah sosok yang luwes dalam berinteraksi. Tidak peduli mereka bawahan atau atasan. Beliau juga membangun atmosfer spiritual dengan mengadakan pengajian rutin di masjid RSCM. Mengajak para dokter, perawat, dan tenaga medis lainnya untuk lebih dekat dengan Allah SWT. Setidaknya lewat pendekatan spiritual, beliau mengingatkan betapa mereka harus benar-benar total dalam melayani masyarakat. Semata-mata dikerjakan karena Allah SWT.
            Yah, saya masih yakin walaupun persoalan ibukota beragam, pada akhirnya masih ada orang-orang seperti Pak Zaelani, yang masih semangat berkontribusi memberikan yang terbaik bersama pemerintah melayani masyarakat. Ayah saya pernah bilang, membenahi Ibu kota bukan semata dibebankan pada gubernur seorang ataupun pemerintahan daerah, semua elemen juga mesti bertindak. Maka dari itu yuk saatnya bertindak, berikan apa yang bisa kita beri untuk kota tercinta. Bukankah selalu ada yang namanya harapan.
            Dan ingatlah selalu petuah sakti guru ngaji saya (he-he-he senjata kalee sakti), “Jadilah pemain, jangan melulu jadi penonton yang pintar berbunyi, eh eh tapi kosong isinya...”
***
Bekasi, 9/4/2012

Jumat, 30 Maret 2012

Refleksi: ANAK-ANAK, WARISAN BANGSA SEPANJANG MASA

Dalam sebuah kelas, seorang guru bertanya pada murid-muridnya.
            “Anak-anak yang ibu sayangi, siapa di antara anak-anak yang sudah punya cita-cita silahkan angkat tangan kanannya dan katakan saya.” Serempak semua murid berseru gaduh, mengacungkan tangan kanannya berkata, “Saya Bu! Saya Bu! Saya Bu!”
            Sang guru terlihat senang dan bangga pada murid-muridnya. Kemudian meminta 3 orang murid untuk maju ke depan kelas, mengutarakan cita-citanya.
            “Nah Tono, silahkan ungkapkan cita-citamu dengan alasannya,” pinta Bu Guru pada seorang anak laki-laki yang selalu tampil rapih dan wangi saat pergi ke sekolah.
            “Kalau Tono sudah besar, Tono mau jadi presiden, Bu. Biar mamah tidak perlu pusing-pusing mikirin harga BBM yang terus naik.”
            Bu Guru hanya geleng-geleng kepala, mendengar alasan dari Tono. Ada-ada saja. “Nah, Tini kalau kamu sudah besar, kamu mau jadi apa?”
            “Kalau Tini sudah besar, Tini mau jadi ibu rumah tangga aja, Bu. Kayak bunda Tini di rumah. Tini mau masak makanan yang enak-enak buat keluarga. Tini juga mau punya anak banyak. Biar keluarga Tini terlihat besar dan rame, juga ceria bu.” ungkap Tini panjang lebar. Bu guru manggut-manggut mendengarkan.  
            “Nah, Toni sekarang giliranmu, apa cita-citamu nak?”
            “Kalau Toni sudah besar, Toni mau mewujudkan cita-cita Tini, Bu.  Toni mau menjadi ayah yang baik.”
            Hi-hi-hi...
            Maaf, cerita di atas 100% fiktif. Hanya karangan semata. Entah mengapa di tengah gembar-gembor media tentang harga BBM, serta protes pedas dari masyarakat, tiba-tiba saja cerita di atas hadir menelusup dan membuat saya terhibur.
            Saya jadi teringat dalam sebuah perjalanan menuju Cawang Jakarta, di atas sebuah bus kota seorang penjaja tembang tiba-tiba bertanya kepada kami para penumpang, “Seandainya anak-anak bangsa seperti kami diculik oleh monster besar, apa yang akan bapak-ibu penumpang bus lakukan?”
            Pemuda tanggung berkaos tanpa lengan bertanya, dengan intonasi dan mimik ketakuatan, layaknya pertunjukan teater jalanan. Para penumpang yang ditanya diam, beberapa tidak peduli, asyik dengan lamunannya. Beberapa berbisik, “Hanya pertanyaan bodoh. Mana ada monster di Jakarta. Lagian anak itu tahu apa tentang monster?”
            Yap, akal sehat saya berkata sepakat. Mana ada monster yang menculik anak-anak di masa kini. Yang ada hak anak-anak yang terculik. Eh, tunggu sebentar, apa mungkin yang dimaksud pemuda tanggung tadi adalah monster berwujud sistem tatanan sosial, pola pikir, ideologi, lifestyle, pola hidup yang nantinya mempengaruhi perangai mereka? Ya ampun, kalau begitu adanya kita harus benar-benar ekstra waspada. Bisa jadi kita tidak menyadari arus budaya asing yang terserap oleh mereka tanpa sempat terfilter.
            Mereka meniru-niru gaya berpakaian ala Korea misalnya. Jins belel ketat, atau celana jins selutut (Hiii!) Rambut di lancip-lancipin ala punk. Jalan beritme, lenggak-lenggok. Anggota tubuh di tato, dan entah atribut macam mana lagi yang hendak mereka tiru. Belum lagi perangai arif anak bangsa lain yang banyak telah tercerabuti.
            Lantas siapakah nantinya yang mengemban amanah bangsa, mewarisi kebijaksanaan pendulum-pendulum kita?
            Wuidih pertanyaa berat nih. Barangkali sama beratnya seperti yang pemuda tanggung tadi sampaikan. Namun dari situlah sebuah pertanyaan sederhana hadir lagi. “Apa yang akan kita perbuat demi menjaga mereka?”
            Baiklah, supaya tidak terlalu membingungkan, mari kita simak potongan kisah yang saya sarikan dari salah satu novel favorit saya, “Pukat”.
            Alkisah, tengah malam, di suatu kampung pedalaman, sekawanan kelompok mencuri hasil tani dan ternak penduduk kampung, menjarah harta benda penduduk kampung, perhiasan warga, uang dusun, dan apa saja harta yang ada. Tak lupa mereka juga membawa anak-anak warga kampung. Sementara para orang tua tidak bisa berbuat apa-apa.
            Pemuda kampung kelewat takut menghadapi kawanan yang jumlahnya belasan. Mereka tidak segan-segan memuntahkan timah panas, ataupun menebas batang leher sesiapa yang berani menghadang dengan parang.
            Sampai akhirnya seorang pemuda dengan gagah tampil di Bale Kampung. Ia berteriak lantang, “Mereka boleh mengambil hasil tani dan ternak kita, harta benda kita, tetapi mereka tidak boleh coba-coba mengambil anak-anak kita...”
            Memang kawanan perampok itu bertahan hidup dengan menjarah hasil bumi penduduk, serta harta benda dan menculik anak-anak yang bisa dikader menjadi bagian dari gerombolan.
            Syukurlah semangat menggelora yang pemuda tadi pekikan, membakar amarah penduduk kampung untuk mengejar kawanan tadi. Sampai matahari menjelang akhirnya kawanan perampok satu per satu berhasil mereka bekuk. Mereka berhasil menyelamatkan anak-anak mereka.
            Tidak mengapa harta benda kampung banyak yang tidak kembali utuh. Karena ada harta hebat yang tak terbilang harganya selamat. Lebih berharga berjuta ton tambang dan batu bara yang terpendam dalam perut bumi, lebih berharga ribuan hektar ladang pertanian beserta harta benda lainnya. Merekalah anak-anak, warisan paling berharga sepanjang masa.
***
            Sabtu sore. Matahari tumbang di ufuk barat. Sinar kemerahannya bersulam menggelap. Dipinggiran perkampungan jati asih, kota Bekasi, selepas sholat maghrib, anak-anak tidak lantas berhambur pulang dan nonton TV. Mereka menjalankan rutinitas mengaji. Belajar juz ‘amma, mendengar ustadz cerita tentang akhlak Nabi, kisah-kisah heroik Sahabat Nabi beserta hikmahnya. Sang ustadz dengan tulus mengajar, tanpa meminta imbalan. Walau ada satu dua orang tua yang dengan ikhlas memberi.
            Selesai sholat saya mampir ke rumah Bu Iyam (guru SD saya). Bu Iyam termasuk guru honorer yang sudah belasan tahun mengabdi di SDN 02 Poncol Bekasi. Yang saya sesalkan adalah mengapa pemda baru-bari ini mengangkat beliau jadi PNS? Tapi ya sudahlah, toh Bu Iyam tidak menuntut banyak. Karena ia adalah seorang yang mengajar anak-anak dengan tulus dan tanpa beban.
Pernah Bu Iyam merawat saya sewaktu almarhumah ibu saya di rawat berbulan-bulan di RS Pasar Rebo. Beliau telaten, layaknya merawat saya seperti anaknya sendiri. Baginya mengajar adalah profesi membanggakan, menjadi inspirasi dan teladan bagi mereka demi terpeliharanya budi pekerti calon pemimpin bangsa.
            Dan kini, giliran saya dan juga Anda merawat generasi berikut serta memberi teladan bagi mereka. Apapun caranya, apapun bentuknya, sekecil apapun (tapi kalo bisa sih jangan kecil-kecil banget) kita harus mampu menjawab, “Apa yang akan kita wariskan demi terpeliharanya perangai baik mereka?”
            Selamat menjawab :-)
***
Bekasi, 31/3/2012

Rabu, 15 Februari 2012

Photo Penulis "You Are Young Leader"


Jreng-jreng ini dia nih foto penulis "You Are Young Leader". Buku ke-2 dari terbitan De'Miracle37 Publishing ini benar-benar mengejutkan. Setelah sukses dipenerbitan perdananya yaitu, "Sukses Kuliah dengan Kekuatan Pikiran" dan telah merambah dengan produk-produk trainingnya di berbagai kota di Indonesia, seperti Medan, Batam, Bandung, Garut, Sumedang. Kini De'Miracle37 Publishing dengan berani mempersembahkan sebuah buku untuk anak bangsa, guna kokoh meraih cita-cita dan sadar akan potensi diri, memiliki kemampuan untuk memimpin diri.

Alhamdulillah buku ini diapresiasi oleh bung Ari Hadipurnama, seorang founder, direktur, sekaligus trainer De'Miracle37. Beliau begitu senang dan antusias dengan hadirnya buku "You Are Young Leader". Semoga buku ini tidak sekedar menginspirasi, tapi juga bisa dijadikan role model bagi anak muda untuk bisa meraih mimpi.

Sejatinya buku ini tidak akan menjadikan Anda menjadi pribadi luar biasa. Yah saya pahami itu, karena Anda benar-benar sudah luar biasa. ^____^

Untuk info pemesanan buku dan ruang diskusi, bedah buku, atau training, silahkan hub Astri (081394028812)

Kamis, 09 Februari 2012

Refleksi: TEMUKANLAH GURU DAN LINGKUNGAN POSITIF

Apa kabarnya resolusi Anda di tahun 2012?

Sebulan yang lalu, baik di situs jejaring sosial, televisi, radio, surat kabar dan majalah, seringkali mengajak kita untuk melakukan perenungan, dan membuat resolusi guna meningkatkan berbagai aspek kehidupan sesuai dengan yang kita impikan, dan cita-citakan. Betul?

Ada yang ingin menjadi pembicara sekaligus motivator seperti teman-teman saya di De’Miralcle37, ada yang ingin menjadi penulis seperti saya (he-he-he dasar ke-ge-er-an), ada yang ingin menikah (seperti siapa yah?^__^), ada yang ingin hafal Al-Quran (wah mimpi yang mulia), ada yang ingin berkunjung ke luar negeri, jadi pengusaha, kaya di usia muda, dan masih banyaaaak lagi.

Lantas, apa kabarnya mimpi Anda itu? Masih yakin bisa terwujud? Atau jangan-jangan banyak dari kita setelah melewati bulan kedua, ketiga, & seterusnya justru malah melupakannya? Hmmm…

Seorang teman saya yang kini bekerja di Jakarta bertanya pada saya, “Tahun ini saya bertekad menghafal ⅓ Al-Quran Mas Yogi. Saya sudah berusaha sekuat tenaga, tapi ada ajah rintangannya…”


“Seperti apa kendalanya Mas?” tanya saya, memotong pembicaraan.

“Macam-macam lah. Yah banyak kerjaan lah, saya kan setiap harinya mesti bolak balik Bekasi-Jakarta, jadi setiba di rumah langsung lemes…”

“Lemes atau males?”

“Hehehe, yaaah gitu deh Mas. Eh ya pertanyaan saya belum dijawab Mas. Kalo belum hafal-hafal juga, bisa-bisa pernikahan saya ditunda jadi tahun depan. Gimana yah supaya bisa hafal ⅓ Al-Quran tahun ini? Mas kan orangnya baik dan rajin menabung…”

Halah, dasar.

Well, ketika Anda pergi ke suatu tempat yang belum pernah Anda singgahi, misalnya ke kota Balikpapan, hal pertama apa yang akan Anda lakukan? Hmm… Pertama-tama pastinya mencari kerabat yang sudah pernah ke kota tujuan Anda bukan. Menanyakan rute serta tariff penerbangan, jika Anda menaiki pesawat terbang. Kemudian membuat planning, waktu tempuh, biaya, dan lain sebagainya.

Begitupun ketika kita memiliki cita-cita, seperti resolusi di tahun 2012 yang ingin kita wujudkan. Misalnya ingin menjadi motivator. Pertama cari seorang yang bisa membimbing kita untuk menjadi seorang motivator hebat. Ingin menjadi hafidz Qur’an, carilah seorang pembimbing yang sudah hafidz. Ingin jadi pengusaha di usia muda, yah tinggal cari seorang yang sudah sukses jadi entrepreneur di usia muda. Yah dengan kata lain carilah sorang guru. Pelajari apa yang Anda inginkan dari guru Anda.

Dan perlu diingat, dalam proses belajar dengan guru Anda, jadilah pribadi yang tawadhu. Jangan mentang-mentang Anda sudah mempelajari ilmunya dari tempat berbeda, lantas Anda menafikkan ilmunya. Hindarilah kata-kata, “Ah, saya sudah mempelajarinya. Kalau bisa saya mau ilmu yang lain yah. Yang baru.”
Hush! Saran saya ikutilah prosedur yang guru Anda ajarkan. Kritis boleh, tapi tetaplah etis.

Setelah Anda mememukan model seorang yang bisa mewujudkan mimpi Anda di tahun 2012. Carilah lingkungan yang bisa membantu Anda untuk melesat lebih cepat. Tapi dengan Adanya lingkungan tidak lantas membuat Anda meninggalkan teman-teman yang menghambat Anda loh ya…

Berkenaan dengan lingkungan saya jadi teringat kisah favorit yang saya dapat dari buku Merry Riana, Motivator Wanita No. 1 di Indonesia dan Asia. Bila Anda belum membacanya akan saya tuliskan kembali untuk Anda.

Ada 3 kaleng minuman soda. Ketiga kaleng minuman tersebut diproduksi di pabrik yang sama. Ketika tiba hari distribusi, sebuah truk datang ke pabrik, mengangkut kaleng-kaleng minuman soda menuju ke tempat berbeda untuk pendistribusian.

Perhentian pertama, kaleng soda diturunkan di pasar lokal. Kaleng itu dipajang di rak bersamaan dengan banyaknya kaleng minuman lainnya yang diberi harga Rp 5.000,-

Perhentian kedua, kaleng soda diturunkan di supermarket. Kaleng itu ditempatkan di dalam kulkas supaya dingin dan segar. Kaleng itu dijual dengan banderol Rp 10.000,-

Perhentian terakhir, kaleng soda diturunkan di hotel bintang 5 yang sangat mewah. Kaleng itu tidak ditempatkan di rak atau di dalam kulkas. Kaleng soda tersebut dikeluarkan jika ada pesanan dari pelanggan hotel. Dan ketika dikeluarkan, kaleng itu dikeluarkan bersama dengan gelas Kristal berisi es batu. Semua disajikan di atas baki dan pelayan hotel akan membuka kaleng soda itu, menuangkannya ke dalam gelas, dan dengan sopannya menyajikan ke pelanggan tersebut. Tahukah Anda berapa banyak kocek yang pelanggan itu keluarkan? Yah, harganya Rp 60.000,-

Sekarang pertanyaan saya adalah, mengapa kaleng soda ketiga memiliki harga yang berbeda? Padahal diproduksi di tempat yang sama, diantar dengan truk yang sama, dan bahkan ketiganya memiliki rasa yang sama?

Jawabannya, karena lingkungan Anda menentukan harga Anda. Lingkungan Anda yang bisa membantu Anda mewujudkan mimpi Anda, resolusi Anda. Bukankah kata Nabi Muhammad SAW, bila Anda berteman dengan pedagang minyak wangi maka Anda akan kecipratan wanginya.

Yup, sekiranya dua tips di atas, temukan guru atau pembimbing dan lingkungan positif Anda, bisa menjadi sarana guna menrealisasikan mimpi Anda di tahun 2012. Selamat berkarya!
***
Bandung, 9/2/2012

Senin, 06 Februari 2012

Karena Aku Tak Lahir Dari Batu


Alhamdulillah, puisi saya kembali nyangkut di buku antologi 100 Puisi Tema Ibu se-Indonesia, dengan judul, "Karena Aku Tak Terlahir Dari Batu."

Di terbitkan oleh Sastra Welang, Bali. Harganya 35.000,- (belum termasuk ongkos kirim). Informasi pemesanan, silahkan hubungi nomer pribadi saya (081389583232)... Salam sastra! Keep reading, keep writing... :)

You Are Young Leader


Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji hanya milik Allah SWT. Syukur itulah yang akhirnya terucap dan semoga dengan hadirnya buku ini menjadi sarana bagi kami untuk senantiasa istiqomah berada di jalan-Nya.

Setelah sukses dengan buku pertamanya, “Sukses Kuliah dengan Kekuatan Pikiran”, De’Miracle37 Pulishing kembali menghadirkan kejutan.

Dan berikut adalah TESTIMONI POSITIF dari pembaca:

“… Anda akan mempelajari formula sukses berbagai tokoh luar biasa dan memprogram cara berpikir positif ini, beserta strateginya, di dalam pikiran Anda sendiri. Baca buku ini, perjuangkan mimpi Anda, dan berkaryalah untuk Negara kita tercinta. Indonesia, Majulah!”
-Merry Riana
Motivator Wanita No.1 di Indonesia & Asia, Tokoh Biografi Mega Best-Seller, Mimpi Sejuta Dolar, Penulis Buku Terlaris, A Gift From A Friend, Pemenang Penghargaan Great Women of Our Time

85% shahabat Rasulullah yang membangun peradaban Islam yang mulia pada awalanya adalah para pemuda <35 tahun. Tam-paknya mas Yogi dan mas Eko ingin mengembalikan kejayaan itu dengan menjadikan kaum muda sebagai role model dalam perubahan. Dengan cara yang tidak menggurui, namun inspi-ratif, buku ini insya Allah akan jadi pencerahan dan contoh yang positif bagi pengembangan diri kaum muda.”
-Felix Siauw
Islamic Inspirator, Penulis Beyond The Inspiration, dan Muhammad Al-Fatih 1453

You Are Young Leader sedang (kembali) memetakan jalan hidup Anda, tidak hanya menjadi pemimpin sejati tetapi menjadi “orang besar” dengan kepemimpinan Anda serta “membesarkan orang lain” dengan penuh cinta. Buku ini ditulis oleh anak muda hebat dan wajib dibaca oleh calon-calon orang hebat siapa pun jua dan Anda, sang pembelajar itu. Maka bersiaplah membesarkan diri!”
-Berlian Santosa
Penulis, Owner, & Wakil Presiden Jakoz “KaosBerbumbuJambi”

Sangat mengagumkan… melalui pembahasan yang unik, sederhana & praktis. Buku ini tidak hanya inspiratif, tapi juga mendongkrak semangat kita untuk terus melakukan perubahan hebat dalam hidup. Anda beruntung mendapatkan buku ini!”
-Irvan Rachmawan
Communication Specialist Trainer, Author “Change Your Life

Yakinlah kita adalah pemimpin, kita adalah tuan rumah atas diri sendiri, kita berhak meraih mimpi, teruslah lejitkan potensi, tak lupa teladani nabi, & dengan berani berteriak, "saya adalah pemimpin  -muda, kreatif, cerdas, dan berani menghadapi perubahan... Dan Anda... Andalah generasi muda itu, Andalah calon pemimpin bangsa, "You Are Young Leader."

Informasi pemesanan hub, Astri (081394028812)
Harga Rp. 48.000,-
Gratis ongkos kirim sampai 29 Februari 2012
Ayo miliki segera ^________^