“Yang
pakai baju kuning namanya kak Yogi Prastiyo, akun twitter-nya sama. Di sebelahnya Robbi Rodliya akun twitter-nya juga sama…. ” ucap seorang
peserta mengawali sesi temu kenal kopdar follower
alias #KOPROL.
Yap, karena tak kenal maka tak
sayang, demikian petuah bijak mengatakan. Sebab ukhuwah mengajarkan, yang
tertarik itu menarik. Ups, tapi jangan salah sangka dulu loh. Maksudnya adalah
untuk menunjukkan ketertarikan kepada sesama, maka mau tidak mau, suka tidak
suka, kita harus berjuang keras untuk menghafal nama-nama.
Seperti yang pernah diucapkan oleh Dale Carnegie
dalam bukunya Bagaimana Mendapatkan dan
Mempengaruhi Manusia, mengatakan “Tidak ada yang lebih manis terdengar di
telinga seseorang, dibandingkan nama atau panggilan kesukaannya.”
Karena tabiat dakwah itu saling mengenal, maka
#KOPROL pun dikenal (halah #apa sihyogi).
Adalah pada
ahad, 12 Mei 2013 yang bertempat di rumah salah satu anggota #ITJBekasi ini
@anitahindriani, mempertemukan beberapa orang follower @ITJBekasi dalam ajang temu sapa dengan beberapa penggerak
@ITJBekasi. Mulai dari ketua, pengurus dan sub-sub
chapter yang bernaung di bawahnya.
Dalam sesi perkenalan ini, kak @ariadecan selaku
koordinator chapter, memberikan beberapa
wejangan betapa bahayanya arus Liberalisasi masa kini. Dari sejak bangun tidur,
menikmati aktivitas pagi, siang, sore dan malam sampai-sampai kita tanpa sadar
dicekoki virus tersebut dari arah yang tidak diduga-duga. Dari media televisi
misalnya, atau obrolan dengan teman sejawat yang intinya gak jauh-jauh dari
media. Memuat gossip atau skandal
artis yang isinya sangatlah jauh dari akhlak dan nilai islam.
Hiiii, serem banget yah! L
Tapi tak perlu cemas kawan, karena
#IndonesiaTanpaJIL sudah hadir di Bekasi (JRENG! JRENG!). Sebagai sahabat juga
saudara dimanapun kamu berada (ceileeeeh… suit suiiiiiit ^_^d).
Yah bukankah hakikat sahabat, ia menguatkan sesiapa
insan lemah, meneguhkan sesiapa insan goyah. Ia bertugas saling nasehat
menasihati dalam kebaikan. Seperti yang diungkapkan oleh ustadz Taqi (Seorang
Imam masjid Al-Ihsan) dalam tausiyah singkatnya, kita mestilah saling memberi
dan menerima dalam kebaikan (nasihat).
Ingat sabda Rasulullah saw, “Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik dan
buruk itu seperti pembawa minyak wangi dan pandai besi. Pembawa minyak wangi
mungkin akan mencipratkan minyak wanginya atau engkau membelinya atau engkau
hanya akan mencium harumnya. Sementara pandai besi mungkin akan membakar bajumu
atau mungkin engkau akan mencium bau yang tidak sedap.” (HR Bukhari dan
Muslim).
Lebih lanjut, Rasulullah saw pun
pernah bersabda, “Seseorang itu akan
mengikuti agama temannya, karenanya hendaklah salah seorang diantara kalian
mencermati kepada siapa ia berteman.” (Tirmidzi, Ahmad, dan Abu Dawud).
Well,
jangan sampai kita salah memilih teman yah, apalagi teman hidup hi-hi-hi. Kudu
wajib jangan salah pilih hi-hi-hi.
#Oke #Lanjut #FOKUS
Jadi pilihlah teman yang sama-sama membawa kebaikan.
Jika di dunia nyata ada preman yang kerjaannya mengintimidasi, menakuti, pun
demikiannya di dunia maya. Bahkan jauh lebih kejam. Di dunia maya ada
profil-profil yang tidak mempunyai pekerjaan, selain dari pada mem-bully, bicara jorok, menghina agama dan
lain-lain. Maka hindarilah mereka. Alih-alih waktu terbuang percuma menanggapi
orang-orang yang kita tidak mendapat untung, ilmu, serta manfaat apalagi
barokah. Khawatir terbakar karena terciprat api besi.
Lebih jauh @ITJBekasi hadir seperti halnya bulan
yang sedang purnama. Hey, tahukah engkau bahwa bulan tidak memiliki cahaya. Tapi
kenapa yah ia bisa bersinar? Kenapa hayoooo?
Jawabannya adalah karena ia memantulkan cahaya dari
benda lain, bernama matahari.
So,
janganlah cemas kalau-kalau kita tidak memiliki cahaya sendiri. Janganlah
minder, apalagi kuper. Jadikan saja diri ini sebagai tempat memantulkan cahaya,
toh nanti-nanti kita ikut bersinar indah.
Punya sahabat-sahabat yang baik dan saling
menasihati. Pantulkan saja sinar nasihatnya, kasih feed-back yang baik, copy-paste
perilaku baiknya, kemudian share
ilmu-ilmu darinya. Punya sahabat yang pandai mengaji dan rajin mengerjakan
amalan sunnah. Yaah pantulkan saja sinarnya, ikuti saja, ikutan nyemplung saja.
Byuuuuuur! (Basah deh kakak hi-hi-hi)
Dan… tunggulah kabar baiknya. Lama-lama kita sendiri
yang akan memiliki cahayanya. Yah kita sendiri yang memancarkan cahaya
kebaikan.
Well,
sekali lagi MENGAPA PURNAMA BISA BEGITU INDAH? Karena eh karena, ia memantulkan
cahaya matahari di malam yang gelap. Maukah engkau sepertinya, menjadi bagian
dari sang purnama memancar sinar kebaikan, penyeru pada iman?
“Duhai Robbi,
izinkan kami membersamainya.”
***
Bekasi
13-5-2013